Wednesday, November 7, 2012

MENCARI ARTI


“Orang-orang bilang aku kebanyakan milih. Tapi wajar kan kalau aku milih. Segila-gilanya aku, aku enggak mau kawin cerai. My marriage should be once in a lifetime”


Pria berkacamata di hadapanku berhenti bicara sejenak untuk menyesap kopi miliknya. “Amara”. Pria itu  berkata sambil meletakkan cangkirnya di atas meja, lalu mulai mengisap rokoknya. “Gimana ceritanya sampai kamu dan Aria pisah? Aku pikir kalian memang pasangan yang enggak bakal terpisah, aku kenal kalian berdua, tahu saat kalian berkali-kali pisah and then balik lagi, jadi aku pikir kamu memang untuk Aria, Aria untuk kamu”.

Aku tersenyum mendengar apa yang dikatakan olehnya. “Perasaan manusia bisa berubah David”. Aku menopang dagu dengan kedua tanganku, memandangi lampu-lampu dari cafe yang ada di seberang coffee shop tempatku dan David duduk saat ini.
            “I know Amara.. perasaan manusia memang berubah, i just can’t believe that.. it’s happen to you and him
            Aku tertawa. “Well.. just try to believe it then
           “Are you okey?”. David mengulurkan tangannya untuk menggenggam jemariku, berusaha memberikan dukungan sebagai seorang sahabat.

Wednesday, October 31, 2012

SITI NURBAYA


“Terkadang.. cara terbaik untuk tidak menyakiti seseorang adalah dengan tidak mengenalnya”

Aku tahu, usiaku sudah 32 tahun, dan aku tahu, aku masih sendirian. Jangankan kekasih, dekat dengan seseorang pun aku tidak.

            “Mbak, kakak sepupumu mau kenalin kamu sama temennya. Seorang dokter. Udah mapan”. Mama memulai percakapan pagi di meja makan dengan sesuatu yang paling aku hindari. Sambil menunjukkan foto seseorang, mama terus berbicara tentang kebaikan orang yang bahkan belum pernah beliau temui.
            “Hmmm..”. Aku hanya menjawab malas. Tentu saja aku malas. Bahkan hanya dengan melihat foto pun aku sudah tahu, it’s not him. Kegagalan yang sudah terlalu sering membuatku semakin enggan untuk bertemu seseorang.
            “Hari Jum’at ini dia mau ke rumah mbak”
            “Ngapain?”
            “Ya mau ketemu kamu dong mbak. Kalau cocok langsung ngelamar”
           
Kalau cocok langsung melamar. Cih, begitu mudahnya para pria memilih dan menentukan. Mereka pikir kami, para wanita, seperti baju yang dipajang di department store. Dilihat, dicoba, kalau tidak cocok kemudian ditinggalkan begitu saja?

MENGHAPUS JEJAK


“Hari baru sebagai pertanda satu kisah akan hadir menggantikan  kenangan akan suatu kerinduan”


Terbangun dengan dingin yang melumpuhkan persendian tulangku. Pagi di Dieng ini terasa begitu senyap, terdengar sayup suara dari masjid di kejauhan. Membungkus tubuhku dengan selimut tebal, kubuka pintu yang membawaku ke balkon kamar penginapanku selama disini.
Tertutup putihnya kabut. Matahari yang tak nampak karena hujan semalam. Kupejamkan mata menikmati segarnya pagi ini.

“When you wants to see me.. just close your eyes, and i’ll be there”. Aku merindukanmu Daniel. Bahagiakah kamu di atas sana? Lebih baikkah kehidupanmu disana? Aku membayangkan kehidupanmu disana jauh lebih baik, kalau tidak, pasti kamu akan kembali ke dunia ini. Nyatanya setiap orang yang telah pergi ke tempatmu berada, tidak ada yang kembali lagi.

“Sekarang aku tahu rasanya menjadi dirimu Anel”

PAHIT


Aku belajar dari sebuah kata pahit..

Mereka bilang..
Kehidupan itu pahit, tapi semua orang bertahan untuk hidup
Kehidupan itu pahit, tapi tak seorang pun ingin merasakan manisnya kematian
Kehidupan itu pahit..
Tapi bukankah kita harus merasakan pahitnya hidup agar kita bisa merasakan manisnya kematian
Bukankah kita hidup untuk kemudian mati

ALL THAT MY HEART CAN HOLD


“Bukan karena aku adalah seorang perempuan yang tangguh menghadapi dunia. Tapi hatiku sudah tidak memiliki celah untuk menerima goresan luka”


Menyusuri jalan sepanjang Malioboro ini bukanlah kali pertama kulakukan. Aku selalu menikmati saat-saat aku menjadi seorang solo traveler. Bepergian seorang diri, tanpa rencana, tanpa tujuan. Aku bisa pergi kemana saja aku mau.
Berjalan sendirian, memperhatikan setiap sosok yang melintas, memperhatikan pedagang dan calon pembeli yang sedang tawar menawar, melihat seorang anak kecil yang merengek minta dibelikan mainan, menonton pertunjukan musisi jalanan Malioboro, menyapa turis lain yang sedang sama-sama memotret.

“Hah?! Lo mau Java trip sendirian?”. Anggi temanku memandangku dengan tatapan-lo-udah-gila-ya.
“Hei. Gue kan udah biasa jadi solo traveler”
“Iya. Biasa. Kalau kesehatan lo bener”. Anggi mengarahkan telunjuknya ke pelipisnya untuk mengingatkan aku, bahwa aku bisa sewaktu-waktu kehilangan kesadaranku karena Aneurisma yang aku derita sebulan terakhir ini.

LOVE ME. MARRY ME? I CAN’T


“Kenapa begitu sulit menemukan alasan untuk menikahi seseorang sementara begitu mudah kamu mengucapkan I Love You”

“Memangnya kamu udah siap?”. Suara pria di seberang terdengar ragu saat menanyakan pertanyaan itu. Meskipun aku pun sudah tahu ke arah mana pembicaraan ini, tapi aku memutuskan untuk menganggap ini hanyalah sebuah pertanyaan.
            “Siap untuk apa?”
            “Terbangun setiap pagi melihat orang yang sama, wajah yang sama bahkan kelemahan yang sama yang mungkin akan membuat hari-harimu terasa mengesalkan?”

Aku tertegun sejenak mendengar pertanyaan Adam, kekasihku. Bukan tanpa sebab dia menanyakan pertanyaan ini. Latar belakang kisah asmara kami yang sama-sama mengalami kegagalan, membuat kami sangat berhati-hati saat membicarakan kata pernikahan. Bagiku, dan mungkin juga baginya, memutuskan untuk menikahi seseorang bisa jadi merupakan mimpi buruk, meskipun harus diakui, kami pun tidak ingin seumur hidup menjadi seseorang yang kesepian tanpa ada seseorang untuk berbagi cerita.

L


Lorong Waktu
Membawa semua ingatan akan masa lalu di masa yang kujalani saat ini
Masa lalu..
Iya.. masa lalu yang seharusnya hanya sesuatu yang sudah berlalu
Masa lalu yang pada akhirnya menjadi mimpi buruk yang tak henti menghantui
Sampai kapan?
Katanya hanya aku yang bisa menghentikan..

Lara Hati
Iya.. katanya hanya aku yang bisa menghentikan lara di hatiku
Bukan dia.. dia.. atau dia..
Tapi bagaimana?
Bagaimana aku menghentikan lara di hatiku sementara hantu masa lalu terus mengepungku
Hantu masa lalu yang menjebakku..

HARGA SEORANG PEREMPUAN


“Bukan masalah percaya atau tidak percaya. Ini adalah masalah prinsip”

Pertama kalinya aku menginjakkan kakiku di negeri Jiran ini. Ajakan Santi, teman baikku untuk berlibur, sejenak melepas penat dari kesibukan kami di tempat kerja. 
Panas dan gersang terasa menyengat. Perjalanan dari bandara menuju hotel tempat kami menginap terasa tidak asing bagiku meskipun baru pertama kali aku berada disini. Di kanan dan kiri jalan, aku melihat jajaran perkebunan kelapa sawit, seperti yang biasa aku lihat di Kalimantan. Cuaca pun tidak jauh berbeda, panas yang menyengat seolah-olah matahari ada berada tepat di atas kepala.

“Agak jauh ceu perjalanan dari bandara ke hotel kita, tapi nikmati aja. Jalanan disini bagus”. Santi membuka percakapan di dalam taksi yang membawa kami ke hotel.
“Santai aja ceu. Asik kok. Berasa di Kalimantan. Bebas hambatan, bebas macet”
“Tapi disini enggak ada jalanan off  road seperti di Kalimantan ceu”. Santi tertawa lepas.

Sepertinya memang aku memerlukan liburan ini. Bersama dengan teman-teman yang menyenangkan berbagi kegilaan. Dengan obrolan-obrolan ala girl talk sepanjang perjalanan.

“Ah ya ceu, besok si abang mau ketemu kamu ya”. Santi mengingatkan aku bahwa besok aku harus menemui temannya.
“Oke ceu. Tapi bbm aku belum bisa on ini. Kasih aja nomor telepon aku ke dia, just to make it easier”.
“Okeeiii”

*** 

“Ah, finally.. we meet up huh? How is your trip?”. Abang membuka percakapan sambil sarapan di hotel tempatku menginap.
“Well, it’s quite fun. There’s no fatal traffic jam”

Percakapan yang cukup seru dengan Abang, dilanjutkan dengan kebiasaan wanita pada umumnya. Do shopping. 

“So, abang bisa mengajukan proposal?”
“Proposal apa bang?”. Aku tahu arah pertanyaan, aku hanya enggan membicarakan hal-hal yang mengarah pada sebuah hubungan.

Aku baru saja berpisah dengan kekasihku saat memutuskan untuk pergi – tepatnya lari dari kenyataan.

“Proposal untuk jadi your boyfriend tentunya”
“Wah bang, aku harus bikin form pendaftaran dulu”. Aku menjawab sekenanya sambil bercanda untuk mengulur waktu. Dan abang pun hanya tertawa.
“You don’t have to answer it today, no worry”

Ada sedikit perasaan lega saat abang mengucapkan kalimat itu. Karena aku sama sekali tidak bisa berpikir. Terlalu banyak peristiwa yang mengganggu konsentrasiku. Hubunganku dengan kekasihku yang kandas karena dust from the past. Kabar pernikahan mantan kekasihku – mantan kekasih yang merupakan my everlasting love. Dan juga aneurisma yang kuderita sejak sebulan lalu, mulai mengganggu penglihatanku. Aku berusaha mengumpulkan segenap akal sehatku, mencoba berpikir bahwa mungkin ini cara Tuhan untuk membuatku kembali berbicara kepada-NYA.

*** 

Kapan akan ke Kuala Lumpur lagi?

I don’t know bang, I’m a working people 

Kalau ke Kuala Lumpur lagi, nanti menginap sama abang ya

Aku terkejut membaca bbm dari abang. Menginap sama abang. Semurah itu kah harga seorang perempuan di mata seorang pria hingga begitu mudah mereka mengajak menginap. Tidak sadarkah dia bahwa dia sedang berbicara dengan seorang perempuan yang baru sekali dia temui, terlebih perempuan itu menggunakan hijab.

Who the hell are you asking me to stay with you in the same room abang

Kenapa? Kamu enggak percaya sama abang?

Bukan masalah percaya atau tidak percaya. Ini masalah prinsip

Ah, hal itu kan masih bisa dinegosiasikan

Prinsip tidak bisa ditawar bang. Maaf.

Sejak saat itu aku tidak pernah ingin membalas bbm dari abang. Sebaik apapun seorang pria, saat dia sudah tidak memperhatikan harga diri seorang perempuan, sebaik apapun seorang pria.. saat dia merasa bisa membeli perasaan seorang perempuan dengan uang yang dia miliki, pria itu tidak cukup berharga untuk dipertahankan.

Yang aku sadari dengan pasti. Apabila seorang pria menghargai seorang perempuan, dia akan menjaga kehormatan perempuan itu. Aku tidak peduli bagaimana orang lain memperlakukan diri mereka, aku tidak peduli bagaimana orang lain memilih jalan hidup. Aku hanya ingin menjaga diriku sendiri.

AN AFFAIR TO REMEMBER


“Tidak ada yang salah. Hanya tidak ditakdirkan untuk bersama”


“Semoga ada laki-laki yang cukup goblog untuk mau sama perempuan seperti kamu!”

Kata-kata yang diucapkan oleh Aria, mantan kekasihku, yang selama 11 tahun menemani hari-hariku, terasa bagai mantra kutukan yang hingga saat ini belum hilang meskipun dia sudah bahagia bersama perempuan lain dan seorang anak yang lucu telah melengkapi kebahagiaan mereka.

***

Tuesday, September 18, 2012

Untukmu..

untuk senyummu yang berbentuk kurva sempurna.. kenapa membuatku merana..
untuk jemarimu yang memberi asa.. lalu kau tarik tergesa.. membuatku tersiksa..
untuk hatimu yang sedang terluka.. aku bersamamu berbagi duka..
untuk langkahmu yang tergesa.. membawa hatiku tanpa sisa


KL, 16 September 2012